Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi

Isu utama setelah Ujian Nasional (UN) bagi siswa tingkat SMA yang ingin melanjutkan kuliah adalah perguruan tinggi. Sejalan dengan itu bagi yang berminat meneruskan di perguruan tinggi negeri, maka Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) menjadi sesuatu yang mendebarkan dan penting. Selain aroma persaingan yang kuat, juga karena aroma kehidupan baru yang akan mereka jalani nantinya. Persaingan terjadi karena jumlah mahasiswa yang diterima sangat tidak sebanding dengan jumlah calon mahasiswa yang mendaftar. Kehidupan baru yang menuntut kedewasaan dan kemandirian akan dimulai tatkala menginjakkan kaki di perguruan tinggi. Tempat belajar baru, teman baru, lingkungan baru, pergaulan baru dan kebebasan.

Untuk menuju ke arah tersebut, calon mahasiswa harus berjuang keras dalam kompetisi SNMPTN demi mendapatkan jurusan dan kampus pilihan. Bukan sekadar bisa mengerjakan soal-soal SNMPTN, tetapi juga untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Bukan sekadar kampus, tetapi kampus pilihan dengan jurusan pilihan pula. SNMPTN akan terasa jauh lebih berat dari UN yang telah mereka lalui kemarin. Baca lebih lanjut

Enaknya kos Gratis di Masjid Jogja

Mencari tempat kos itu gampang-gampang susah. Kalo kebetulan teman-teman kosnya enakan, ya pasti bikin betah. Nah kalo sebaliknya, bisa cuma numpang lewat hehe… Kos juga bisa merubah kepribadian dan perilaku kita. Intinya, kita akan menjadi lebih baik jika lingkungan kita baik dan akan bertambah buruk jika lingkungan kita memang berpotensi membawa kita ke arah yang lebih buruk.

Sering kita dengar, seorang mahasiwa yang kedapatan ngedrugs, kumpul kebo, suka miras, kecanduan dll. Padahal dulunya, sebelum jadi mahasiswa, anaknya kalem, lembut, taat ibadah dll. Pokoknya tipe anak muda soleh dan solehah lah. Itu mungkin salah satunya disebabkan lingkungan dimana dia kos.

Fenomena kos campur (laki-laki dan perempuan satu rumah) sudah mulai merambah kota-kota pelajar. Asyik memang secara sekilas Baca lebih lanjut

6 Universitas Paling Populer di Yogyakarta

Bukan berarti universitas populer itu adalah universitas yang paling berkualitas, paling banyak mahasiswanya, paling besar bangunannya atau paling banyak prestasinya. Tapi memang bisa jadi demikian. Karena untuk bisa populer tentu harus lebih dari yang lain. Bisa lebih baik, atau sebaliknya lebih buruk.

Dari sekiran ratus kampus yang berdomisili di Jogja, setidaknya ada beberapa kampus yang memang menonjol dan populer. Dan berikut ini adalah 10 kampus yang menurut saya populer di Jogja. Kriterianya simpel saja, karena banyak kawan-kawanku yang berkuliah di sana. Juga karena sering mendengar berita tentang universitas itu selama di Jogja. Ok, kita mulai.

1.   Universitas Gajah Mada (UGM)

Kita musti mengakui, kalo UGM memang yang paling populer. Malah menurut situs Webometrics yang dirilisawal tahun 2012 lalu, UGM merupakan universitas terpopuler di Indonesia atau nomor 249 sedunia atau nomor 8 se-asia.  Alasan UGM populer sebenarnya banyak dan beragam. Setidaknya faktor usia, sejarah, prestasi dan daya tampung yang banyak, menjadikan UGM sebagai kampus pilihan banyak calon mahasiswa. Saat ini setidaknya terdapat 20 fakultas, 11 fasilitas utama, 45 unit kegiatan mahasiswa dan banyak keunggulan lain UGM dari universitas lainnya. Tentang alasan yang menjadikan UGM populer, sudah saya tulis di artikel UGM Universitas Populer di Indonesia. Baca lebih lanjut

Seninya Kuliah di Jogja

Sebagai seorang alumni SMA yang sedang mencari cita-cita, Jogja saya datangi sendirian meski untuk yang pertama kali. Mau ajak teman, tak ada yang berkenan. Mau ajak orang tua, malu rasanya. Akhirnya meski deg-degan, akhirnya sampai juga langkah kaki ini ke Jogja. Peristiwa ini terjadi dulu pas setahun menjelang reformasi.

Bekal ke Jogja tak banyak. Pengalaman tak ada. Maklum ini kota pertama terjauh yang saya datangi sendirian. Bekal duit juga seadanya. Maklum pula, saat itu dana musti berhemat demi bisa membayar uang masuk kuliah. Satu-satunya bekal yang cukup ampuh saat itu adalah catatan no bus yang harus dinaiki begitu sampai terminal Jogja. Bus itu menuju ke suatu daerah dimana kakak saya sudah setahun menempatinya.

Kesan pertama begitu sampai Jogja adalah dinamis. Maksudnya ramai, sibuk, terus bergerak dan muda. Baca lebih lanjut

Jogja memang selalu merindu

Yogyakarta alias Jogja, memang pantas dirindukan. Monjali (monumen Jogja kembali), Benteng Vredeburg, Taman Pintar, Keraton, Prambanan, Paris, Malioboro hingga Alkid (Alun-alun kidul) adalah tempat tongkrongan semasa kuliah dulu. Tak perlu harus berdompet tebal untuk bisa menikmati sore indah di Jogja. Cukup bensin secukupnya plus receh buat parkir tentunya dan map. Ya, awal-awal ke Jogja peta memang perlu. Maklum, di Jogja itu sebentar-sebentar lampu bangjo. Baru lima menit jalan, eh… ketemu perempatan. Tapi, itulah seninya hidup di Jogja. Siap antri, siap bensin, siap peta, siap bahasa Jawa dan siap receh.

Delapan tahun tinggal di Jogja sejak tahun 2007 berlalu tak terasa. Hampir lima tahun pula meninggalkan Jogja, terasa baru kemarin. Pas pagi-pagi, kadang masih mencium aroma segar soto Jogja masuk melalui lubang pintu kamar kos. Minggu pagi menjadi waktu untuk antri soto jogja belakang hotel Saphir. Maklum, dulu saya pernah kos di hotel Saphir Jogja yang di jalan solo itu. Tepatnya di lantai dua, Baca lebih lanjut

Sekolah Favorit Sesungguhnya

LOGIKANYA sederhana saja. Gelar sekolah favorit muncul karena sekolah tersebut memiliki kualitas lebih dari kuantitasnya. Keunggulan kualitasnya tidak sebanding dengan jumlahnya sehingga keberadaanya terbatas.

Konsepnya mirip dengan sebuah produk laris namun terbatas jumlah produksinya. Semua orang menginginkannya, namun terbatas kesediaannya. Sehingga jika perlu, harus indent terlebih dahulu sebelum barang jadi. Yang pasti, keberadaannya jauh lebih terbatas dibandingkan permintaannya.

Namun dalam pemahaman umum, parameter sebuah sekolah favorit bisa sangat beragam. Bisa karena satu acuan parameter atau kombinasi. Mungkin karena fasilitasnya yang super mewah, sejarah dan nama besar sang pendirinya, Baca lebih lanjut

Cinta Guru & Siswa = Cinta Dua Usia

DARI beberapa kisah cinta yang “terlarang”, mungkin ini salah satunya. Cinta antara guru dan murid. Cinta bukan dalam arti kasih sayang dan perhatian antara seorang pendidik kepada siswa didiknya, namun lebih mirip gejolak hati antara dua insan manusia. Cinta model ini memang merepotkan. Bukan semata karena perbedaan usia yang terpaut jauh, juga karena perbedaan status yang sangat mencolok. Tapi, mana bisa kita menyalahkan hati?

WITING tresna jalaran saka kulina nampaknya terjadi untuk cinta model ini. Karena pertemuan yang sering dan interaksi yang berlangsung terus menerus, maka mungkin saja rasa simpati itu hadir.

Pertemuan yang sering bukan hanya sekadar pertemuan. Juga terjadi kontak mata, hati dan juga pikiran. Bahkan bahasa tubuh pun kerap di pakai. Semuanya bisa menimbulkan tafsiran yang bermacam-macam. Dan semua itu menjadi jalan mulus untuk hadirnya perasaan tertentu, termasuk rasa cinta.

Baca lebih lanjut

Mimpi pun Harus Seragam

KEINGINAN menjadi sama seperti orang lain ternyata hampir berlaku untuk semua orang. Beberapa hari lalu di televisi ada seorang remaja dari keluarga kaya yang rela mengamen demi memperoleh uang cukup untuk membeli baju yang sama dengan baju yang dipakai artis idolanya. Perjuangannya mendapatkan baju tersebut lengkap dengan acara mengamen tadi dibuat dramatis karena disorot dengan kamera dan ditayangkan langsung di televisi. Beberapa kejadian kecil, seperti di todong preman usai mengamen, mungkin sengaja disisipkan agar efek dramatis semakin terasa. Tayangan Reality show ala remaja ini justru lebih mirip sinetron karena sisi kehidupan masa lalu si remaja itu juga diilustrasikan macam adegan rekonstruksi lengkap dengan pemeran pengganti.

Di waktu dan tempat berbeda, seseorang bahkan rela memotong rambut dan mempermak wajahnya hanya agar mirip dengan tokoh idolanya. Sayangnya, keputusannya untuk operasi plastik berbuntut penyesalan. Pasalnya, bukannya semakin mirip, wajahnya justru semakin tidak karuan. Maklum, untuk urusan merubah wajah dari yang pas-pasan agar tampak cantik bukan perkara mudah. Apalagi hanya bermodal nekat dan kantong yang tipis. Harga memang ikut menentukan hasil.

Hasrat untuk menyerupai ternyata juga bukan milik para penggemar pada idolanya. Kematian sang The King of Pop, Michael Jackson, akhir Juni 2009 ini kembali membuka kembali ingatan kita bersama tentang tokoh idola dunia ini. Suatu ketika sebuah stasiun televisi menampilkan perubahan fisik, terutama wajahnya, tahun tahun ke tahun. Fantatastis, Baca lebih lanjut

Ada Waria di sekolahku

DIA teman satu meja dengan saya di SMP dulu. Selepas itu kami tak pernah bertemu lagi, kecuali di satu kesempatan. Untuk ukuran laki-laki, wajahnya bisa di kata cukup “cantik”. Postur tubuhnya kurus tinggi. Gerak geriknya lemah gemulai. Mimik bicara dan polah tingkahnya betul-betul mirip ekspresi seorang perempuan. Tapi saya tahu betul bahwa dia itu laki-laki. Hampir sebagian besar teman bermainnya adalah perempuan. Dan eloknya sepucuk surat cinta pernah diterimanya dari seorang teman perempuan yang  telah lama menaruh perasaan suka padanya.

KAMI, teman-temannya sama sekali tidak pernah mempermasalahkan kepribadiannya. Tidak ada rasa canggung saat berdekatan dengannya. Dan dia juga sepertinya menikmati apa yang melekat pada dirinya. Saat yang menakutkan baginya adalah saat pelajaran olah raga. Maklum dengan polah kemayu-nya, tentu menjadi semacam hiburan bagi kami saat melihatnya berolahraga. Lucu dan menjadi sebuah tontonan yang sangat menyenangkan.

Hampir sepuluh tahun setelah kelulusan sekolah kami tak saling bertemu. Kami melanjutkan studi tanpa saling komunikasi. Hingga saat tak sengaja kulihat dia berjalan di sepanjang trotoar sendirian. Dan sungguh mengejutkan, Baca lebih lanjut

Keinginan Marilyn Manroe

AKTRIS cantik Marilyn Monroe tahu bahwa hidupnya akan berakhir sebentar lagi. Dia sudah merancang skenario bunuh diri yang sensasional meski baru berusia 36 tahun. Siapa peduli! Hidup sudah sangat membosankan baginya. Tapi masih ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Dia belum punya keturunan yang bisa mewarisi ketenaran dan tentu saja kecantikannya. Kelak jika sudah mati, dia ingin dirinya bisa kekal dikenang orang melalui keturunanya yang musti cantik seperti dirinya dan juga cerdas. Dan dia sudah menentukan pilihan, satu-satunya orang yang tepat sebagai ayah dari anaknya adalah Albert Einstein. “Dialah orang tercerdas yang pernah hidup di dunia itu”, pikir Monroe. Akhirnya Monroe dan Einstein melakukan suatu pertemuan dan kesepakatan diperoleh. Enstein tidak terlalu berminat dengan Monroe tapi idenya lumayan brilian. Jadi Einstein hanya akan menyumbangkan spermanya untuk dilakukan pembuahan dengan metode inseminasi. Operasi dijalankan dengan hati berdebar. Waktu terus berlalu. Namun apa yang terjadi! Tidak seperti apa yang mereka harapkan, ternyata anak keturunan mereka lahir dengan paras pas-pasan seperti ayahnya dan akal yang bodoh seperti sang ibu!

Ide Marilyn Monroe di atas Baca lebih lanjut