GTT (belum) Merasa Merdeka

guru tidak tetapBulan ini, Agustus adalah bulan “keramat” bagi bangsa Indonesia. Pekik kemerdekaan tiba-tiba terdengar kembali. Baju adat kembali dikenakan, setelah sekian lama tersimpan di lemari. Lagu-lagu perjuangan kembali menjadi hits, baik di situs pencarian, media sosial hingga situs berbagi video.

Tak lupa pernak pernik bernuansa merah putih menjadi tren baik dalam busana maupun hiburan. Lomba makan kerupuk, balap karung, panjat pinang dan berbagai lomba khas agustusan kembali semarak di berbagai belahan nusantara. Bahkan derap langkah Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) tiba-tiba menjadi viral.

Apakah ada yang salah dengan berbagai ke-khas-an yang terjadi di bulan ini?

Tentu tidak. Kemeriahan ini menjadi sangat wajar, karena berlangsung pada saat dan tempat yang tepat. Dan hal-hal seperti ini biasa terjadi di berbagai belahan dunia saat momentum perayaan kemerdekaan dari kungkungan penjajah. Sejarah memang mencatat, hampir sebagian besar negara di dunia ini pernah mengalami penjajahan hingga kemudian meraih kemerdekaan.

Hanya saja, terkadang kita terlalu gembira dalam mengenang peristiwa bersejarah yang terjadi tujuh puluh dua tahun yang lalu itu. Kita mudah terlarut dalam keriuhan lomba-lomba dan suasana, sehinga kita tidak menyadari banyak hal. Kita lantang berteriak tentang nasionalisme, sementara hampir seisi rumah bermerk luar negeri. Kita bangga terhadap jasa pahlawan, padahal sebenarnya nama-nama mereka pun semakin terlupakan. Baca lebih lanjut

Cerpen : Jejak Kaki di Tembok Gudang Sekolah

Pagi itu, SD Negeri 2 Gemah Ripah mendadak gempar. Hampir semua guru dan siswa berkumpul di gudang belakang sekolah. Suasana pagi yang biasanya sepi dan dingin, hari ini terasa lain, ramai dan tegang.

Hampir semua siswa dan guru sudah hadir di sekolah. Waktu juga sudah menunjukkan jam tujuh lewat. Bel tanda masuk pelajaran pertama pun sudah berdentang lama, tetapi kerumunan itu tak juga usai. Mereka seperti enggan beranjak dari tempat itu. Bahkan nyaris setiap kelas kosong tak berpenghuni. Semua masih saling berkumpul di luar kelas. Semakin ke area belakang sekolah, kumpulan semakin ramai.

Mereka nampak saling berdiskusi namun setengah berbisik. Raut wajah mereka semua nampak tegang dan penasaran. Semua itu karena sebuah keanehan yang muncul secara tiba-tiba di tembok gudang belakang sekolah. Bagunan tua itu saat ini menjadi pusat perhatian. Padahal kemarin siang, keanehan itu muncul. Baca lebih lanjut

Piknik Bareng ESPERO ke Djogdja

pantai

Salam Espero sahabat semua. Espero adalah SMP Negeri 2 Pulosari, Pemalang, Jateng. Sebuah sekolah pinggiran di lereng Eyang (Gunung) Slamet yang meski pinggiran, tetapi prestasi selalu terdepan.

Tahun 2013 ini rombongan ESPERO, sebanyak 275 siswa tingkat VIII dengan 20 guru pendamping, menyambutnya dengan acara PIKNIK ke kota wisata Djogdja. Pemilihan tanggal 27 April sebagai waktu yang tepat untuk kegiatan studi tour tahunan siswa Espero karena satu alasan utama, yakni biar lebih leluasa di lokasi wisata. Maklum, bulan April ini kan bertepatan dengan penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) SMP tahun 2013 yang dilaksanakan kemarin tanggal 22 s.d 25 April 2013. Asumsinya sekolah-sekolah belum menyelenggarakan study tour karena (mungkin) kesibukan penyelenggaraan UN. Dan… apa yang terjadi…. ternyata semua serba meleset set set….

Ternyata memang animo pelajar untuk study tour ke Jogja tidak mengenal waktu. Buktinya, di hampir semua lokasi wisata yang disinggahi Espero ternyata penuh sesak dengan pelajar dari sekolah lain yang sama-sama study tour dan (mungkin pula) sama-sama punya asumsi kayak Espero hehehee… Namun tak apalah… the show must goon!!! Atau singkatnya… Lanjuuu…ttt! Baca lebih lanjut

IPA TERPADU atau GURU TERPADU

Konsep IPA Terpadu masih banyak di salah artikan oleh sebagian besar orang, bahkan guru yang sudah (merasa) menjalaninya. Para guru SMP mapel Fisika yang juga mengajar Biologi atau sebaliknya, merasa bahwa itulah yang dimaksud dengan pengajaran IPA TERPADU. Meski sebenarnya itu lebih pas jika dikatakan sebagai pengajaran GURU TERPADU.

Saya mencoba untuk membandingkan antara konsep IPA TERPADU dengan apa yang selama ini diterapkan, dan (maaf) saya katakan sebagai GURU TERPADU.

Tinjuan Aspek Guru
Selama ini obyek pelaksana adalah guru. Maksudnya si guru mapel Fisika sekaligus mengajar mapel Biologi atau sebaliknya. Bukankah itu yang dimaksud dengan GURU TERPADU. Satu orang guru mengajar beberapa mapel.

Proses pembelajaran di bagi berdasarkan jam. Misalnya jam 1,2 pelajaran biologi, lalu jam 3,4 tentang fisika. Atau berdasarkan hari, misanya, hari senin 2 jam digunakan untuk membahas fisika. Lalu pertemuan hari berikutnya 2 jam untuk membahas biologi. Sisanya 1 jam untuk kimia.

Kalau untuk yang model begini, saya kira bukan yang dimaksud dengan keterpaduan IPA. Model yang begini Baca lebih lanjut