UGM Universitas Populer di Indonesia

Membicarakan masalah universitas, seperti membuka kenangan masa lalu saat masih kuliah di Jogja. Masa-masa yang penuh dinamisasi hidup. Meraba masa depan dengan bergelut kerasnya persaingan saat itu. Ada suka dan tentu saja ada duka. Memancing otak membuka lagi obrolan dengan teman di warung angkringan tentang universitas terpopuler di Indonesia. Bukan pembicaraan serius sebenarnya, tetapi karena menyangkut nama baik dan almamater, tentu saja pujian dan sanggahan saling mewarnai diskusi ala nasi kucing pada waktu itu. Nah, yang sedikit di bawah ini bisa dikatakan intisari dari obrolan kami. Tak perlu tersinggung kalau merasa dibanding-bandingkan. Tak perlu juga merasa di atas angin kalau dipuji-puji. Semua ini boleh dianggap sekadar ngemeng-ngemeng (kata mas tukul maksudnya ngomong-ngomong) atau sekadar info dan masukan buat adik-adikku calon mahasiswa.

Tentang mana saja kampus terpopuler, tentu saja kami berdebat sengit kala itu. Untung saja tak ada provokator yang nimbrung. Tak ada metode, aturan maupun kriteria yang menjadi acuan penentuan kampus-kampus pilihan tersebut. Semua ini hanya berdasarkan obrolan atau bincang-bincang dengan rekan sesama mahasiswa. Siapa tahu masih relevan. Lagi pula terkadang, hasil obrolan bisa lebih berharga dan informatif dari sekadar informasi dari kampus bersangkutan. Maklum, mana ada kampus yang mau berterus terang benderang tentang dirinya. Pasti yang baik-baik itulah yang muncul.

Tak perlu berlama-lama, inilah menurut para penghuni angkringan jogja kala itu yang merupakan universitas-universitas terpopuler di Indonesia. Untuk postingan kali ini saya memilih Universitas Gajah Mada (UGM) sebagai universitas yang populer di Indonesia. Beberapa universitas lain, saya posting gantian.

Alasan pertama kenapa UGM populer adalah faktor sejarah. Resmi berdiri pada 19 Desember 1949. Jadi kurang lebih di tahun 2012 ini sudah berusia 63 tahun. Kampus yang berdiri kurang lebih 4 tahun setelah kemerdekaan RI itu diresmikan oleh Presiden Soekarno sebagai cara untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia sanggung bangkit meski sudah di serang bangsa Belanda pada 19 Desember 1948, atau tepat setahun sebelum peresmian UGM.

Alasan kedua  adalah karena faktor politik. Maklum UGM lahir pada masa perjuangan dan didirikan oleh para cendekiawan yang sekaligus juga pejuang kemerdekaan. Sebut saja misalnya Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono dan Prof. Dr. M. Sardjito. Meningkatkan martabat manusia Indonesia adalah salah satu komitmen awal kehadiran UGM di republik ini.

Alasan ketiga adalah karena faktor kerajaan. UGM terletak di Yogyakarta, kota yang pernah menjadi ibu kota RI saat perjuangan kemerdekaan dulu. Sultan Hamengku Buwono IX sebagai raja Jogja pernah menjadi Ketua Kehormatan, sedangkan Sri Paku Alam VIII, sebagai ketua Dewan Kurator. Sultan Hamengku Buwono IX pernah meminjamkan kraton dan beberapa gedung di sekitar kraton untuk ruangan kuliah saat itu. Begitu perhatiannya Sultan terhadap UGM, begitu pula masyarakat Jogja umumnya.

Alasan keempat adalah karena geografis. Seperti kita tahu bersama, Jogja adalah kota seribu pesona. Kota Wisata, kota pendidikan, kota budaya, kota pelajar, kota gudeg dan sederet julukan untuk jogja yang memang unik. Karena keunikan itulah Jogja memiliki daya tarik para calon mahasiswa untuk menetap dan menempuh studi di Jogjakarta. Ibaratnya, plesiran dan kuliah tiap hari apa tidak ngangeni?

Alasan kelima adalah karena faktor keamanan. Sebagai kota besar, Jogja relatif lebih aman. Hingar bingar metropolitan masih bisa diimbangi dengan nuansa adat dan budaya yang masih melekat di kehidupan sehari-hari penduduk Jogja. Kalau keadaan sekarang semakin berubah dan semakin metropolitan, entahlah. Yang pasti para orang tua relatif lebih percaya dengan kondisi Jogja daripada kota-kota besar lain di Indonesia.

Alasan keenam adalah karena faktor biaya hidup. Uang 10.000 rupiah untuk sehari, mungkin cukup. Makan saja nasi kucing, plus tempe bacem, dijamin puas, enak dan murah. Asal mau hidup sederhana, biaya keseharian mahasiswa di Jogja bisa dibilang sangat murah. Coba tengok kota-kota besar lain, uang 10rb hanya cukup untuk sekali makan.

Alasan ketujuh adalah karena faktor idealis. UGM jauh dari ibukota Jakarta yang multi komplek dengan segala persoalan sosial, hukum dan budaya. Hal ini menjadikan UGM mampu mencetak sarjana-sarjana yang cukup idealis. Para mahasiswa yang berasal dari berbagai sosial ekonomi menjadikan mereka cepat gusar ketika isu kenaikan harga TDL, BBM, biaya kuliah dan berbagai isu lain yang cukup mengganggu kalangan ekonomi bawah.

Alasan kedelapan adalah karena lengkap. Saat diresmikan, UGM memiliki enam fakultas. Keenam fakultas itu adalah Kedokteran Gigi dan Farmasi, Pertanian, Kedokteran, Teknik, Sastra dan filsafat serta Hukum. Saat ini UGM memiliki 18 Fakultas dan satu program Pascasarjana (S-2 dan S-3).

Alasan kesembilan adalah karena faktor logo. Ini bukan mistis, bukan pula klenik. Lambang ini diresmikan oleh Senat UGM pada tahun 1950. Makna dari simbol-simbol tersebut bisa dibagi menjadi tiga, yaitu: Pertama, pusat lambang. Ia berupa surya atau matahari yang berlubang dan memancarkan sinar dalam bentuk lima kesatuan kumpulan sinar. Setiap kesatuan kumpulan sinar terdiri dari sembilan belas sorot sinar. Warna surya dan sinar, kuning emas. Kedua, dua lingkaran di tengah-tengah matahari. Lingkaran bagian dalam memuat huruf-huruf menyembul berbunyi GADJAH MADA. Lingkaran bagian luar memuat tulisan UNIVERSITAS pada bagian atasnya dan tulisan UNIVERSITAS pada bagian bawahnya. Kedua bentuk lingkaran ini bersusun, sehingga mirip surya kembar. Sedangkan lima kesatuan kumpulan sinar surya berbentuk Kartika atau Bintang Segi lima. Ketiga, lima songkok. Pada lambang dilindungi oleh lima songkok bewarna putih, yaitu topi kebesaran panglima. Di antara songkok-songkok tersebut terdapat lima tombak bewarna kuning.

Saking uniknya lambang dan nama UGM, banyak lembaga-lembaga pendidikan yang meniru nama besar dan lambang UGM sebagai identitasnya. Sebut saja misalnya, LP Primagama, BB Gama Exacta, LPK Gama Informatika, dan beberapa toko yang menggunakan nama GAMA karena dinilai layak jual.

Alasan kesepuluh adalah karena takdir hehehe… Ya, dari seratus persen sesuatu, pasti ada takdir disitu. Takdir adalah bukti wujud keberadaan Tuhan sebagai penguasa alam semesta.

Sekian dulu ya postingan kali ini. Sebenarnya masih pingin banyak bercerita tentang UGM, tapi musti bagi waktu untuk mengerjakan yang lain. O ya, sedikit tambahan, saya bukan alumni UGM, so tak ada niat untuk lebay jika kesan itu memang muncul.

3 comments on “UGM Universitas Populer di Indonesia

  1. Ping-balik: 6 Universitas Paling Populer di Yogyakarta | Galaxy Ilmu Animasi | Ilmu Agama | Ilmu Teknologi | Tutorial Pembelajaran

Tinggalkan komentar